Fabel - Domba yang Hilang

Domba yang Hilang
        Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang gembala beserta seratus dombanya. Tanpa ada sanak saudara yang tinggal bersamanya. Tiap harinya ia menghabiskan waktunya untuk beternak domba. Ia setia memelihara, menjaga dan memberi makan keseratus dombanya tersebut. Di antara seratus domba tersebut ada domba yang bernama Popo. Popo adalah domba yang sombong. Ia merasa lebih hebat dibanding dengan sembilan puluh sembilan domba lainnya.
“Hei Kiko… kenapa kau hanya duduk dan diam saja terus di sana? Kau tampak seperti orang bodoh yang tak tahu apa yang harus dilakukan. Hahahaha… apa kau kekenyangan?Tubuhmu semakin lama semakin besar saja”, kata Popo dengan angkuhnya.
Kiko hanya tertunduk sedih mendengar perkataan Popo. Sejak dulu ia memang selalu dihina oleh Popo. Ia selalu diremehkan karena sikapnya yang suka makan banyak. Namun ia mencoba bersabar menghadapi sikap Popo. Semua domba-domba di peternakan itu pun sudah mengetahui sikap Popo. Hal itu membuat ia dijauhi domba-domba lainnya dan tak ada satu pun yang mau jadi sahabatnya.
Suatu ketika Si Gembala membawa domba-dombanya keluar untuk diberi makan. Sebelumnya ia tak lupa untuk menghitung kembali jumlah domba-dombanya. Setelah genap seratus ekor ia lalu membuka gerbang dari kandang peternakannya. Semua domba keluar di bawah pengawasan Sang Gembala. Seperti biasa Popo selalu merebut posisi terdepan. Ia berlagak layaknya raja diantara kawanan domba tersebut. Sementara sedang asyik menunggu domba-dombanya makan, sang gembala tertidur pulas di hamparan padang rumput. Tempatnya masih tertutupi oleh papan-papan kayu supaya tak ada seekor dombapun  yang akan lari.
Terdengar kembali suara Si Popo yang sombong, “Teman-teman.. ku dengar bahwa rumput di luar kandang ini jauh lebih enak dibanding dengan rumput yang kita makan sekarang. Hijau dan segar-segar pula. Bagaimana jika kalian ikut bersamaku ke sana?” Tanya si Popo.
“Ide yang bagus. Aku sudah bosan merasakan rumput di sini. Aku pikir aku sudah kekurangan gizi. Lihatlah buluku sudah kusam dan menguning. Pasti karna rumput-rumput yang kumakan selama ini kurang baik”. Sahut si Lili. Ia domba yang sangat memperhatikan penampilannya. Sehari-harinya Lili sibuk hanya untuk mengatur bulu-bulunya.
Jangan Lili! Nanti kalian akan tersesat dan tak dapat menemukan jalan pulang.” Sahut Lolo meningatkan Lili untuk tidak pergi.
“Ah.. kamu teralu takut. Aku sudah mendengar banyak hal tentang dunia luar. Aku tidak perlu takut kalau harus sesat di jalan. Aku dapat menemukan jalan pulang kembali”, Popo menaikkan nada suaranya.



Akhirnya hanya Popo sendirilah yang keluar dari kandang. Ia berpikir ia akan menemukan apa yang akan dicarinya di luar sana. Tanpa ada seorang dombapun yang mengikutinya, ia melangkah dengan tegas membongkar sebuah papan kayu yang sudah lapuk. Setelah berhasil keluar ia lalu melihat seluruh lingkungannya yang tidak menyenangkan. Jauh dengan pemikiran-pemikirannya selama ini. Di sana tak ada rumput yang segar yang dapat ia makan. Ia mencari dan mencari namun ia tidak menemukannya. Sampai pada saat ia merasa lelah dan menyerah dengan keadaan tersebut. ia bergegas berjalan untuk pulang. Namun apa yang terjadi? Ia tidak tahu arah mana yang harus ia tempuh untuk balik kembali ke kandang. Di tengah jalan ia menemukan sekawanan harimau buas yang siap memakan mangsa. Popo bersembunyi ketakutan di balik pohon besar. Ia berusaha berpikir bagaimana caranya untuk bebas dari bencana yang akan menimpanya. Ia menangis dan menangis ketika mengingat kembali pesan-pesan temannya. Namun keberuntungan masih memihaknya. Kawanan harimau itu pergi dan menjauh darinya.
Sementara di peternakan, si gembala sedang asyik menghitung kembali domba-dombanya. 1, 2, 3, 4, 5, ………….97, 98, 99…??? Si Gembala kaget saat menegtahui dombanya hilang satu. Ia langsung bergegas mencari si domba yang hilang itu. Ia sedih bila harus kehilangan dombanya. Ia meninggalkan 99 dombanya untuk mencari Popo. Sepanjang jalan yang ia lalui belum ada tanda-tanda kehadiran Popo. Sampai saat ia merasa lelah dan menghentikan sejenak langkahnya di bawah pohon besar. Dari balik pohon ia mendengar suara domba. Tampaknya domba tersebut sedang menangis. Ia berbalik melihat arah datangnya suara itu dan mendapati dombanya sudah terkulai lelah. Ia kemudian mengangkatnya dan membawanya pulang ke peternakan. Si Gembala sangat senang. Ia telah menemukan dombanya yang hilang. Popo pun tak lagi bertingkah sombong seperti yang ia lakukan sebelumnya. Ia sadar akan perbuatannya.
            Zarmika Sitinjak
1105113753
            Latihan
1.      Apakah tema dari fabel Domba yang Hilang di atas?
2.      Bagaimana alur cerita yang digunakan oleh pengarang?
3.      Tokoh yang seperti apa Popo dalam cerita fabel tersebut?
4.      Bagaimana sudut pandang yang digunakan oleh pengarang?
5.      Apa amanat yang dapat kita peroleh dari fabel Domba yang Hilang tersebut?
6.      Apa nilai-nilai yang ingin disampaikan pengarang dalam ceritanya? Bagaimana dengan nilai-nilai yang terdapat dalam fabel tersebut?



Comments

Popular posts from this blog

Analisis Pencitraan Puisi Balada - Zarmika Sitinjak

Essai Karakter - Integritas Mahasiswa

Kritik Sastra - puisi