Posts

Showing posts from October, 2012

Kritik Sastra - puisi

Kritik Karya Sastra Puisi “Wahai Pemuda Mana Telurmu?”             Puisi   “Wahai Pemuda mana telurmu?” karya sutardji Calzoum Bachri ini merupakan puisi yang tercetus untuk pemuda-pemuda di Indonesia yang menjadi generasi penerus bagi bangsa. Sutardji menyampaikan kehendaknya kepada para pemuda Indonesia untuk   bertelur dan menetas sebagai tanda bahwa kita sudah menetas. Bertelur artinya adalah ketika bangsa Indonesia telah merdeka seharusnya ada kehidupan baru yang lahir dari diri bangsa Indonesia lewat pemuda seperti perumpamaan yang digunakan putik memangil buah begitulah kiranya yang diharapkan oleh Sutardji itu sendiri. Dan menetas artinya ialah ketika bangsa Indonesia telah bebas dari penjajahan seharusnya lahir pribadi yang baru untuk memajukan bangsa ini seperti perumpamaan yang digunakan Sutardji kepompong menetaskan kupu-kupu .             Pemuda Indoesia diibaratkan sebagai burung berpikir yang maksudnya ia memiliki pikiran dan harus bertelur atau melahirkan g
Kritik Karya Sastra Puisi “Wahai Pemuda Mana Telurmu?”             Puisi   “Wahai Pemuda mana telurmu?” karya sutardji Calzoum Bachri ini merupakan puisi yang tercetus untuk pemuda-pemuda di Indonesia yang menjadi generasi penerus bagi bangsa. Sutardji menyampaikan kehendaknya kepada para pemuda Indonesia untuk   bertelur dan menetas sebagai tanda bahwa kita sudah menetas. Bertelur artinya adalah ketika bangsa Indonesia telah merdeka seharusnya ada kehidupan baru yang lahir dari diri bangsa Indonesia lewat pemuda seperti perumpamaan yang digunakan putik memangil buah begitulah kiranya yang diharapkan oleh Sutardji itu sendiri. Dan menetas artinya ialah ketika bangsa Indonesia telah bebas dari penjajahan seharusnya lahir pribadi yang baru untuk memajukan bangsa ini seperti perumpamaan yang digunakan Sutardji kepompong menetaskan kupu-kupu .             Pemuda Indoesia diibaratkan sebagai burung berpikir yang maksudnya ia memiliki pikiran dan harus bertelur atau melahirkan g

Analisis Pencitraan Puisi Balada - Zarmika Sitinjak

Balada Terbunuhnya Atmo Karpo Karya : Rendra Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang Segenap warga desa mengepung hutan itu Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri Satu demi satu yang maju terhadap darahnya Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka. Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal! Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa. Majulah Joko Pandan! Di mana ia? Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa. Anak panah empat arah dan musuh tiga silang Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang. Joko Pandan! Di mana ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa. Bedah perutnya tapi masih setan ia Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala Joko Pandan! Di manakah ia! Hanya padany
Balada Terbunuhnya Atmo Karpo Karya : Rendra Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang Segenap warga desa mengepung hutan itu Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri Satu demi satu yang maju terhadap darahnya Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka. Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal! Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa. Majulah Joko Pandan! Di mana ia? Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa. Anak panah empat arah dan musuh tiga silang Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang. Joko Pandan! Di mana ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa. Bedah perutnya tapi masih setan ia Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala Joko Pandan! Di manakah ia! Hanya padany