Sintaksis
SINTAKSIS
Dalam linguistik, sintaksis (dari
Yunani Kuno: συν- syn-, "bersama", dan τάξις táxis,
"pengaturan") adalah ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk
membuat kalimat dalam bahasa alami. Selain aturan ini, kata sintaksis juga
digunakan untuk merujuk langsung pada peraturan dan prinsip yang mencakup
struktur kalimat dalam bahasa apapun, sebagaimana "sintaksis Irlandia
Modern." yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti
“menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama
kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa
sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat.
Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi
frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian
sintaksis terbesar.
1. Frasa
Frasa
adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat
(Chaer, 2003:222). Perhatikan contoh-contoh berikut.
pisang goreng
baru datang
sedang membaca
Frasa
pisang goreng, baru datang, dan sedang membaca adalah frasa karena tidak
membentuk hubungan subjek dan predikat. Widjono (2007:140) membedakan frasa
berdasarkan kelas katanya yaitu frasa verbal, frasa adjektiva, frasa
pronominal, frasa adverbia, frasa numeralia, frasa interogativa koordinatif,
frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif. Berikut
ini dijelaskan satu persatu jenis frasa.
1.1.
Frasa verbal
Frasa
verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja. Frasa verbal
terdiri dari tiga macam yaitu (1). Frasa verbal modifikatif (pewatas) yang
terbagi lagi menjadi pewatas belakang dan pewatas depan, (2). Frasa verbal
koordinatif yaitu dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan atau atau, dan Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang
ditambahkan atau diselipkan.
1.2
Frasa adjektival
Frasa
adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan
sebagai inti (yang diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi
menerangkan seperti agak, dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat.
Frasa adjektival mempunyai tiga jenis seperti Frasa adjektival modifikatif
(membatasi), Frasa adjektival koordinatif (menggabungkan), dan Frasa adjektival
apositif.
1.3 Frasa Nominal
Frasa
nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata
benda. Frasa nominal dibagi menjadi tiga jenis seperti Frasa nominal
modifikatif (mewatasi), misalnya rumah mungil, hari minggu, bulan pertama, Frasa
nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya hak dan kewajiban,
dunia akhirat, lahir bathin, serta adil dan makmur dan Frasa nominal apositif.
1.4 Frasa adverbial
Frasa
adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat.
Frasa adverbial dibagi dua jenis yaitu Frasa adverbial yang bersifat
modifikatif (mewatasi), misalnya sangat pandai, kurang pandai, hampir baik, dan
pandai sekali, Frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan), contohnya Jarak
rumah ke kantornya lebih kurang dua kilometer.
1.5 Frasa Pronominal
Frasa
pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa pronominal
terdiri dari tiga jenis yaitu seperti berikut : Frasa pronominal modifikatif, Frasa
pronominal koordinatif, dan Frasa pronominal apositif.
1.6. Frasa Numeralia
Frasa
numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa
numeralia terdiri dari dua jenis yaitu Frasa numeralia modifikatif dan Frasa
numeralia koordinatif.
1.7. Frasa Introgativa koordinatif
Frasa
introgativa koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya. Contohnya
seperti berikut ini.
Jawaban
apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
Jawaban
mengapa atau bagaimana merupakan pertanda jawaban prediket.
1.8. Frasa Demonstrativa koordinatif
Frasa
demonstrativa koordinatif adalah frasa yang dibentuk dengan dua kata yang tidak
saling menerangkan. Contohnya seperti berikut ini.
Saya
bekerja di sana atau di sini sama saja.
1.9. Frasa Proposional Koordinatif
Frasa
proposional koordinatif dibentuk dari kata depan dan tidak saling menerangkan.
Contohnya seperti berikut.
Perjalanan
kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
Koperasi
dari, oleh dan untuk anggota.
2. Klausa
Klausa
adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang
mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi
kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat
adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan
intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final
itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono
(2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.
2.1.
Klausa kalimat majemuk setara
Dalam
kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan yang
sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang
tidak saling menerangkan. Contohnya sebagai berikut.
Rima
membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
2.2.
Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa
lainnya. Contohnya sebagai berikut.
Orang
itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.
2.3.
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa
gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau
lebih. Contohnya seperti berikut ini.
Dia
pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
3. Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146).
Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa
lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang
mempunyai ciri sebagai berikut: (1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan
kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa,
yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan
prediket, baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit; (2) satuan bahasa
itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh
kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi
final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf
kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik
koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.),
tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
3.1. Ciri-ciri kalimat
Widjono
(2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
1. Dalam
bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam
bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
tanda tanya, atau tanda seru.
2. Sekurang-kurangnya
terdiri dari atas subjek dan prediket.
3. Predikat
transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
4. Mengandung
pikiran yang utuh.
5. Mengandung
urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek,
prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
6. Mengandung
satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
3.2. Fungsi sintaksis dalam kalimat
Fungsi
sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh
bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek
(S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak
semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi
sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket,
sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur
penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
3.2.1. Subjek
Fungsi
subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau
dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah
sebagai berikut:
jawaban apa atau siapa,
dapat didahului oleh kata bahwa,
berupa kata atau frasa benda (nomina)
dapat diserta kata ini atau itu,
dapat disertai pewatas yang,
tidak didahului preposisi di, dalam, pada,
kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak,
tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
3.2.2. Predikat
Predikat
merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek.
Prediket
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
bagian kalimat yang menjelaskan pokok
kalimat,
2.
dalam kalimat susun biasa, prediket
berada langsung di belakang subjek,
3.
prediket umumnya diisi oleh verba atau
frasa verba,
4.
dalam kalimat susun biasa (S-P) prediket
berintonasi lebih rendah,
5.
prediket merupakan unsur kalimat yang
mendapatkan partikel –lah,
6.
prediket dapat merupakan jawaban dari
pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat).
3.2.3. Objek
Fungsi
objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif
pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba
transitif pengisi predikat yang mendahuluinya. Objek mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: berupa nomina atau frasa nominal., berada langsung di belakang
predikat (yang diisi oleh verba transitif), dapat diganti enklitik –nya, ku
atau –mu, objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif
transitif dipasifkan,
3.2.4. Pelengkap
Pelengkap
adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek,
dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek
karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi
untuk berada langsung di belakang predikat.
Pelengkap
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
pelengkap kehadirannya dituntut oleh
predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan
predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-,
2.
pelengkap merupakan fungsi kalimat yang
kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat.
3.
pelengkap merupakan unsur kalimat yang
kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan,
dan menjadi.
4.
dalam kalimat, jika tidak ada objek,
pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti
oleh objek, pelengkap berada di belakang objek.
5.
pelengkap tidak dapat diganti dengan
pronomina –nya.
6.
satuan bahasa pengisi pelengkap dalam
kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu
dijadikan kalimat pasif.
3.2.5. Keterangan
Keterangan
adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat.
Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat.
Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat.
Keterangan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. umumnya
merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat
2. keterangan
dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat,
3. keterangan
diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa
terikat, seperti contoh berikut.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Manaf,
Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia.
Padang: Sukabina Press.
Widjono
HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Grasindo.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sintaksis
SINTAKSIS
Menurut
Arifin dan Junaiyah (2009:1) mengatakan bahwa sintaksis adalah cabang
linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tututran. Aspek-aspek
sintaksis meliputi kata, frasa, klausa, dan kalimat. Berikut akan dijelaskan
aspek-aspek tersebut:
1. Kata
Menurut
Arifin dan Junaiyah (2009:2), kata adalah satuan gramatikal yang diujarkan,
bersifat berulang-ulangl, dan secara potensial ujaran itu dapat berdiri
sendiri. Secara linguistik, kata dapat sibedakan atas satuan pembentuknya. Kata
dibagi atas 3 yaitu: kata sebagai satuan fonologuis, kata sebagai satuan
gramatikal, dan kata sebagai satuan ortografis.
2. Frasa
Menurut
Arifin dan Junaiyah (2009:18), kata adalah satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonprediktif atau satu konstruksi ketatabahasaan
yang terdiri atas dua kata atau lebih. Frasa dibedakan atas :
(1).
Frasa eksosentris
Frasa yang sebagian atau keseluruhan
tidak memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan semua komponoennya baik
dengan sumbu maupun dengan preposisi. Frasa eksosentris terbagi atas 2 yaitu:
a. frasa
eksosentis direktif
b. frasa
eksosentris nondirektif
(2).
Frasa endosenstris
Frasa endosentrik adalah frasa yang
seluruhnya memiliki perilaku yang sama dengan perilaku salah satu komponennya.
Frasa endosentrik dibagi atas frasa endosentris berinduk tunggal, dan frasa
endosentrik berinduk jamak.
a. Frasa
endosentris berinduk tunggal
Frasa ini terbagi atas frasa nominal, frasa
pronominal, frasa verbal, adjectival, dan numeral.
b. Frasa
endosentrik berinduk jamak
Terbagi atas frasa koordinatif dan frasa apositif.
3. Klausa
Klausa adalah satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat,
Arifin dan Junaiyah (2009:34). Berdasarkan strukturnya, klausa dapat dibedakan
menjadi klausa verbal dan klausa nonverbal.
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya kata kerja. Klausa
nonverbal adalah klausa yang perdikatnya selain kata kerja.
4. Kalimat
Menurut Arifin dan
Junaiyah (2009:54), kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri
atas klausa. Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal,
kalimat tunggal dan perluasasn, serta kalimat majemuk. Kalimat majemuk dibedakan atas kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal dan Junaiyah. 2009. Sintaksis. Jakarta: Grasindo.
Comments
Post a Comment