JENIS-JENIS KATA DALAM BAHASA INDONESIA
JENIS-JENIS
KATA DALAM BAHASA INDONESIA
Kata
merupakan unsur yang diucapkan atau dituliskan sebagai perwujudan dari kesatuan
pikiran dan perasaan yang dapat digunakan dalam bahasa. Meski secara tersurat
unsur yang diucapkan maupun yang dituliskan, rasanya yang dimaksud pengucapan
tidak harus berarti bersuara. Kita ketahui bahwa orang bisu juga bisa
mengungkapkan kata dengan bahasanya. Menurut Dr. Goris Keraf (1979), hampir
semua tata bahasa sekarang mendasarkan pembagian jenis kata menurut
Aristoteles. Sebenarnya Aristoteles sendiri tidak membagi kata-kata menjadi 10
jenis kata. Ia hanya meletakkan sistematikanya. Pembagian jenis kata mula-mula
terdiri dari 8 jenis kata. Ketika orang-orang Eropa lainnya berusaha menyusun
tata bahasa dalam bahasa mereka, mereka menambahkan jenis kata baru sesuai
bahasa mereka yaitu kata sandang, dan kata seru (interjectio). Pembagian yang
dilakukan oleh Aristoteles itu adalah sebagai berikut:
1.
Kata
benda atau noun
2.
Kata
kerja atau verb
3.
Kata
sifat atau adjective
4.
Kata
ganti atau pronoun
5.
Kata
keterangan atau adverb
6.
Kata
bilangan atau numeralia
7.
Kata
sambung atau conjunction
8.
Kata
depan atau preposition
9.
Kata
sandang atau determiner
10. Kata seru atau interjeksi
Berikut
akan dijelaskan lebih lanjut mengenai 10 jenis kelas kata dalam Bahasa
Indonesia.
1. Kata
Benda atau Nomina
Kata
benda atau noun didefinisikan sebagai nama dari seseorang, tempat, atau semua
benda dan segala yang dibendakan. Pembagian kata benda menurut bagaimana
menghitungnya. Kata benda menurut
wujudnya, dibagi atas :
a.
Kata
benda konkret
Kata
benda konkret adalah nama dari benda-benda yang dapat ditangkap panca indera,
dibagi atas:
a. Nama diri
b. Nama zat dan lain sebagainya.
b. Kata benda abstrak
Kata
benda abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap dengan panca
indera.
Untuk
menentukan apakah suatu kata masuk dalam kategori kata benda atau tidak, kita
menggunakan dua prosedur:
1. Melihat dari segi bentuk sebagai prosedur
pencalonan
2. Melihat dari segi kelompok kata ( frasa),
sebagai prosedur penentuan
a)
Bentuk
Segala
kata yang mengandung morfem terikat ( imbuhan ) : ke-an, pe-an, ke-, dicalonkan
sebagai kata benda.
Contoh:
perumahan, kecantikan, pelari, kehendak dan lain-lain.
Tetapi di
samping itu ada sejumlah besar kata yang tidak dapat ditentukan masuk kata
benda berdasarkan bentuknya, walaupun diketahui bahwa itu adalah kata benda.
Contoh:
meja, kursi, pohon, dan lain-lain
b)
Kelompok
Kata
Kedua
macam kata benda itu (baik yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan) dapat
mengandung suatu ciri struktural yang sama yaitu dapat diperluas dengan yang +
Kata Sifat
Contoh : perumahan yang baru
pelari yang cepat
kehendak yang baik
meja yang bagus
pohon yang tua
c)
Transposisi
Suatu kata yang asalnya dari suatu
jenis kata, dapat dipindahkan jenisnya ke jenis lain. Pemindahan itu terjadi
karena menambahkan imbuhan atau partikel. Kata ajar, sebenarnya kata kerja,
jika ditambahkan afiks pe-, maka dapat ditransposisikan menjadi kata benda:
pelajar.
Sebaliknya ada kata benda yang dapat
ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya kopi menjadi mengopi.
d)
Sub-golongan
atau kata benda
Karena kata ganti adalah kata yang
menduduki tempat kata benda dalam hubungannya atau posisi tertentu, serta
strukturnya sama dengan kata benda, maka kata ganti dimasukan dalam jenis kata
benda dan diperlakukan sebagai sub-golongan dari kata benda.
Melalui
substitusi, kata ganti menduduki segala macam fungsi yang dapat diduduki oleh
kata benda.
Contoh:
Fitra pergi ke kampus
Ia pergi ke kampus
Dosen mengajar Fitra Dosen mengajarnya
2. Kata
Kerja atau Verba
Kata kerja adalah semua kata yang
menyatakan perbuatan atau perilaku. Kata kerja juga adalah kata atau frasa yang menyatakan
keberadaan, perbuatan, atau pengalaman. Kata kerja merupakan kata yang
menunjukkan aktifitas atau perbuatan yang terbagi atas kata kerja transitif
(yang diikuti oleh objek), kata kerja aktif (yang dilakukan oleh subjek) dan
kata kerja pasif (yang dilakukan oleh objek).
Berdasarkan
pelengkapnya, kata kerja terbagi atas :
2.1 Kata
kerja transitif: kata kerja yang menghendaki adanya suatu pelengkap.
Contoh:
memukul, menangkap, melihat dan sebagainya
2.2 Kata
kerja intransitif: kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap.
Contoh:
menangis, meninggal, berjalan dan sebagainya
Untuk menentukan apakah suatu kata
masuk kata benda atau tidak, dengan cara mengikuti kedua prosedur di atas.
a)
Bentuk
Segala
kata yang berimbuhan: me-, ber-, -kan, di-, -i dapat dicalonkan menjadi kata
kerja.
b)
Kelompok
Kata
Segala macam kata tersebut di atas dalam
segi kelompok kata mempunyai kesamaan struktur yaitu dapat diperluas dengan
kelompok kata dengan + Kata Sifat.
Contoh:
Ia
berbicara dengan keras
Anak itu
menari dengan gemulai.
c)
Transposisi
Kata
kerja dapat dipindah jenisnya ke jenis kata lain dengan pertolongan morfem
terikat, misalnya menari menjadi penari, tarian; membaca menjadi pembaca,
bacaan, dan lain-lain. Begitu pula sebaliknya, kata benda atau kata sifat dapat
ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya pendek menjadi memendekkan, turun
menjadi menurunkan dan sebagainya.
3. Kata
Sifat atau Adjectiva
Kata sifat digunakan untuk menyatakan kualitas,
kuantitas dan keadaan suatu benda. Jadi kata sifat ini berfunsi untuk
mendeskripsikan kata benda. Menurut Aristoteles, kata sifat adalah kata yang
menyatakan sifat atau hal keadaan sari sesuatu benda, misal tinggi, rendah,
lama, baru dan sebagainya.
Untuk menentukan apakah suatu kata
masuk kata benda atau tidak, dengan cara mengikuti kedua prosedur di atas.
a) Bentuk
Dari segi bentuk segala kata sifat
dalam bahasa Indonesia bisa mengambil bentuk: se + reduplikasi kata dasar + nya
Contoh:
se-tinggi-tinggi-nya
se-cepat-cepat-nya
se-baik-baik-nya
b) Kelompok Kata
Dari
segi kelompok kata, kata-kata sifat dapat diterangkan olek kata-kata: paling,
lebih, sekali.
Contoh:
paling besar, lebih besar, besar sekali
paling cepat, lebih cepat, cepat
sekali
paling baik, lebih baik, baik
sekali
c) Transposisi
Semua kata yang tergolong kata sifat
dapat berpindah jenis kata dengan bantuan morfem-morfem terikat: pe-, ke-an,
me-, -kan dan sebagainya.
Contoh:
pembesar, membesarkan, perbesar, pembesaran, kebesaran dan lain-lain
d) Sub-Golongan
Kata-kata
bilangan berdasarkan sifatnya dapat digolongkan dalam kata sifat sebagai
sub-golongan karena merupakan kelompok dengan ciri-ciri tersendiri tapi karena
secara substitusional dapat menduduki tugas-tugas dari kata sifat.
4. Kata
Ganti atau Pronomina
Yang
termasuk jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata
benda atau yang dibendakan. Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat
dibedakan atas:
1.
Kata Ganti Orang (Pronomina Personalia)
a.
Tunggal: Orang I (aku). Untuk menyatakan kerendahan diri: hamba, sahaya, patik,
abdi. Untuk mengungkapkan sesuatu suasana yang agung: kami (pluralis
majestatis)
b. Jamak : Orang II (kami, kita).
c. Tunggal : engkau, kamu
Paduka,
tuan, Yang Mulia, saudara, ibu, bapak dan lain-lain
d. Jamak : Orang III (kamu)
e. Tunggal : dia, beliau. Untuk orang yang
sudah meninggal: mendiang, almarhum atau almarhumah
1.6 Jamak : mereka
2. Kata
Ganti Penunjuk (Pronomina Possessiva)
Kata
Ganti Penunjuk adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam
kedudukan sebagai pemilik: -ku, -mu, -nya, kami, kamu, mereka. Dalam fungsinya
sebagai pemilik, kata-kata ini mengambil bentuk ringkas dan dirangkaikan saja
di belakang kata yang diterangkan (disebut sebagai bentuk enklitis).
Contoh:
pensilku = pensil aku
pensilmu = pensil kamu
apabila
bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata, disebut proklitis.
Contoh:
kupinjam, kaupinjam
3. Kata
Ganti Penunjuk (Pronomina Demonstrativa)
Kata
Ganti Penunjuk adalah kata yang menunjuk di mana terdapat sesuatu benda. Ada
tiga macam kata ganti penunjuk:
a. Menunjuk
sesuatu di tempat pembicara
: ini
b.
Menunjuk sesuatu di tempat lawan bicara : itu
c.
Menunjuk sesuatu di tempat orang ketiga : di sana
4. Kata
Ganti Penghubung (Pronomina Relativa)
Kata
Ganti Penghubung adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan suatu kata
benda yang terdapat dalam induk kalimat. Jadi fungsi kata penghubung adalah:
a. Menggantikan kata benda yang terdapat
dalam induk kalimat
b. Menghubungkan anak kalimat dengan induk
kalimat.
5. Kata
Ganti Penanya (Pronomina Innterrogativa)
Kata
Ganti Penanya adalah kata yang menanyakan tentang benda, orang atau suatu
keadaan. Kata ganti penanya dalam bahasa Indonesia yaitu:
a.
Apa : untuk menanyakan benda
b. Siapa : (si + apa) untuk menanyakan orang
c. Mana : untuk menanyakan pilihan seseorang atau
beberapa hal barang.
Kata
ganti penanya tersebut dapat dipakai lagi dengan bermacam-macam penggabungan
dengan kata depan
Contoh:
dengan
apa dengan
siapa dari mana
untuk
apa untuk
siapa ke
mana
buat
apa kepada
siapa dan
lain-lain
Selain
dari kata-kata itu ada pula kata ganti penanya yang lain yang bukan menanyakan
orang atau benda tetapi menanyakan keadaan, perihal dan sebagainya:
mengapa bilamana betapa
berapa kenapa bagaimana
6. Kata
Ganti Tak Tentu (Pronomina Indeterminativa)
Adalah
kata yang menggantikan atau menunjukkan benda atau orang dalam keadaan yang
tidak tentu atau umum.
Contoh:
masing-masing siapa-siapa seseorang
sesuatu barang para
salah
(salah satu…)
5.
Kata Keterangan atau Adverbia
Kata keterangan oleh tata bahasa tradisional ditempatkan sebagai satu jenis
kata.kekurangan atau kelemahan dari dasar-dasar yang digunakan untuk menentukan
jenis kata. Kata keterangan tidak lain adalah suatu kata atau kelompok kata
yang menduduki suatu fungsi tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata
kerja, kata sifat, kata keterangan yang masing-masingnya menduduki pula suatu
jabatan atau fungsi dalam kalimat.
Tata bahasa tradisional, akan tampak bahwa dalam beberapa hal akan timbul
kekacauan atau kekaburan, sebab ada kata yang sudah kita golongkan
sebagai kata keterangan nanti akan dimasukkan lagi dalam kata depan, atau
bagian dari kata keterangan itu sebenarnya adalah kata sifat dan
sebagainya.kata keterangan secara tradisonal dapat dibagi-bagi lagi atas
beberapa macam berdasarkan artinya atau lebih baik berdasarkan fungsinya dalam
kalimat.
1. Kata Keterangan Kualitatif
Kata Keterangan Kualitatif adalah kata keterangan yang
menerangkan atau menjelaskan suasana atau situasi dari suatu perbuatan.
Biasanya kata
keterangan ini dinyatakan dengan mempergunakan kata depan dengan + kata
sifat.jadi sudah tampak di sini bahwa kata keterangan itu bukan merupakan
suatu jenis kata tetapi adalah suatu fungsi atau jabatan dari suatu kata atau
kelompok kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: ia
berjalan perlahan-lahan
Ia menyanyi
dengan nyaring
2. Kata Keterangan Waktu
Adalah kata keterangan yang
menunjukkan atau menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa dalam suatu biadang
waktu:sekarang,nanti,kemarin,kemudian, sesudah itu, lusa, sebelum, minggu
depan, bulan depan, dan lain-lain.
Kata-kata seperti :
Sudah, setelah, sekarang, nanti,
kemarin, kemudian, minggu depan dan lain-lain
3. Kata Keterangan Tempat
Segala macam kata ini memberi
penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan dalam suatu ruang,
seperti:di sini, di situ, di sana, ke mari,ke sana, di rumah, di bandung,
dari Jakarta dan sebagainya.
Dari contoh-contoh di atas yang
secara konvensional dianggap kata keterangan tempat, jelas tampak bahwa
golongan kata ini pun bukan suatu jenis kata, tetapi merupakan suatu kelompok
kata yang menduduki suatu fungsi tertentu dalam kalimat. Keterangan tempat yang dimaksudkan dalam tata bahasa-tata
bahasa lama terdiri dari dua bagian yaitu kata depan (di, ke, dalam ) dan kata
benda atau kata ganti petunjuk.
4. Kata Keterangan Kecaraan
Adalah kata-kata yang menjelaskan suatu peristiwa karena tanggapan si
pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut. Dalam hal ini subjektivitas
lebih ditonjolkan. Keterangan ini menunjukkan sikap pembicara, bagaimana cara
ia melihat persoalan tersebut. Pertanyaan sikap pembicara atau tanggapan
pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut dapat berupa:
a.
Kepastian : memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu,
tidak, bukanya, bukan.
b.
Pengakuan : ya, benar, betul, malahan, sebenarnya.
c.
Kesangsian : agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya.
d.
Keinginan : moga-moga, mudah-mudahan.
e.
Ajakan : baik, mari,
hendaknya, kiranya.
f.
Larangan : jangan.
g.
Keheranan : masakan, mustahil, mana boleh.
5. Kata Keterangan Aspek
Keterangan aspek menjelaskan
berlangsungnya suatu peristiwa secara objektif, bahwa suatu peristiwa terjadi
dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh atau pandangan dari pembicara.
Keterangan aspek dapat dibagi-bagi lagi atas bermacam-macam:
a. Aspek
inkoatif :
menunjukan suatu peristiwa pada proses permulaan
berlangsungnya
: saya pun
berangkatlah.
b. Aspaek
duratif : adalah keterangan
aspek yang menunjukan bahwa suatu peristiwa tengah
berlangsung
: sedang,
sementara.
c. Aspek
perfektif : adalah keterangan
aspek yang menyatakan bahwa suatu peristiwa telah mencapai
titik
penyelesaiannya
: sudah, telah.
d. Aspek
momental : menyatakan suatu peristiwa
terjadi pada suatu saat yang pendek.
e. Aspek
repetitif :
menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi berulang-ulang.
f. Aspek
frekuentatif : menunjukan bahwa suatu peristiwa sering terjadi.
g. Aspek
habituatif : menyatakan
bahwa perbuatan itu terjadi karena suatu kebiasaan.
6. Kata Keterangan Derajat
Adalah keterangan yang menjelaskan derajat
berlangsungnya suatu peristiwa atau jumlah dan banyaknya suatu tindakan dikerjakan:
amat hampir, kira-kira, sedikit, cukup, hanya, satu kali, dua kali, dan
seterusnya.
7. Kata Keterangan Alat
Adalah keterangan yang menjelaskan dengan
alat manakah suatu prose situ berlangsung. Keterangan semacam ini biasanya
dinyatakan oleh kata dengan + kata benda.
Contoh : ia
memukul anjing itu dengan tongkat.
Anak itu menjolok buah dengan galah, dan sebagainya.
8. Keterangan Kesertaan
Adalah keterangan yang menyatakan
pengikut-sertaan seseorang dalan suatu perbuataan atau tindakan:
Saya pergi ke pasar bersama ibu.
9. Keterangan Syarat
Adalah keterangan yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhinya: jikalau, seandainya, jika,
dan sebagainya.
10. Keterangan Perlawanan
Adalah
keterangan yang membantah sesuatu peristiwa yang telah diperkatakan terlebih
dahulu. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata: meskipun,
sungguhpun, biarpun, biar, meski, jika.
11. Keterangan Sebab
Adalah keterangan yang memberi keterangan mengapa sesuatu peristiwa telah
berlangsung. Kata-kata yang menunjukkan keterangan sebab adalah: sebab,
karena, oleh karena, oleh sebab, oleh karena itu, oleh karenanya, dan
sebagainya.
12. Keterangan Akibat
Adalah
keterangan yang menjelaskan akibat yang terjadi karena suatu peristiwa atau
perbuatan. Akibat adalah hasil dari suatu perbuatan yang tidak diharapkan
atau yang tidak dengan sengaja dicapai, tetapi terjadi dalam hubungan
sebab-akibat. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata : sehingga
,oeh karena itu, oleh sebab itu, dan lain sebagainya.
13. Keterangan Tujuan
Adalah keterangan yang menerangkan hasil
atau tujuan dari Sesuatu proses. Tujuan itu pada hakekatnya adalah suatu
akibat, tetapi akibat yang sengaja dicapai atau memeng dikehendaki demikian.
Kata-kata yang menyatakan keterangan tujuan adalah: supaya, agar, agar
supaya, hendak, untuk, guna, buat.
14. Keterangan perbandingan
Adalah keterangan yang menjelaskan
sesuatu perbuatan dengan mengadakan perbandingan keadaan suatu proses denagn
proses yang lain, suatu keadaan denagn keadaan yang lain: kata-kata yang di
pakai untuk menyatakan perbandingan itu adalah: sebagai, seperti,
seakan-akan, laksana, umpama, bagaimana.
15. Keterangan Perwatasan
Adalah keterangan yang memberi penjelasan
dalam hal-hal mana saja suatu proses berlangsung, dan yang mana tidak: kecuali,
hanya.
6.
Kata Bilangan atau Numeralia
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan
atau urutan tempat dari nama-nama benda.
Menurut
sifatnya kata bilangan dapat dibagi atas:
1. Kata bilangan utama (numeralia cardinalia):satu,
dua, tiga, empat, seratus, seribu,dan sebagainya.
2. Kata bilangan tingkat (numeralia ordinalia):pertama,
kedua, ketiga, kelima, kesepuluh, keseratus, dan sebagainya.
3. Kata bilangan tak tentu:beberapa,
segala, semua, tiap-tiap dxan sebagainya
4. Kata bilangan kumpulan:kedua,
kesepuluh, dan sebagainya.
Penggunaan kata
bilangan adalah sebagai berikut:
1. Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka arab atau angka romawi.
a. Angka digunakan untuk
menyatakan:
b. Ukuran
panjang, berat, luas, dan isi,
c. Satuan waktu,
d. Nilai uang, dan
e. Kuantitas .
2. Angka lazim
dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat.
Misalnya:
Jalan tanah abang 1 No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169
3. Angka digunakan juga untuk menomori
bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X,Pasal 5, halaman 252, Surah Yasin:9
4.
Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Bilangan
utuh : dua ratus dua puluh dua (222)
Bilangan pecahan: seperdelapan ( ), dua per lima ( )
5. Penulisan lambang bilangan tingkat
dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku buwono X;
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini; lihat bab //, Pasal 5; dalam bab ke-2 buku
itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat //.
6.
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti
cara yang berikut.
( lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, ayat 5).
7.
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata dituis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya :
Amir menonton
drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga
ratus ekor ayam.
8.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susuna kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo
mengundang 250 orang tamu.
Bukan :
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima
puluh orang tamu
diundang Pak Darmo
9. Angka
yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagaian supaya lebih
mudah dibaca.
Misalnya :
Perusahaan itu
baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk
indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang
10.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya :
Kantor kami
mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan :
Kantor kami
mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
11. Jika
bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisanya harys tepat.
Misalnya :
Saya lampirkan
tanda terima uang sebesar Rp.999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan
dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)
Kata bantu bilangan dalam menyebut berapa jumlahnya suatu barang,
dalam bahasa Indonesia tidak saja dipakai kata bilangan, tetapi selalu dipakai
suatu kata yang menerangkan sifat atau macam barang itu. Kata-kata semacam itu
disebut kata bantu bilangan.
7. Kata Sambung
atau Conjunctio
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan kata-kata. Bagian-bagian
kalimat atau menghubungkan kalimat-kalimat itu dapat berlangsung dengan
berbagai cara:
1.
Menyatakan gabungan: dan, lagi pula, serta.
2.
Menyatakan pertentangan: tetapi, akan tetapi, melainkan.
3.
Menyatakan waktu: apabila, ketika, bila, bilamana, demi, sambil, sebelum,
sedang, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, setelah, sesudah, tatkala,
waktu.
4. Menyatakan tujuan: supaya, agar supaya dan
lain-lain.
5.
Menyatakan sebab: sebab, karena, karena itu, sebab itu.
6. Menyatakan akibat:
sehingga, sampai.
7. Menyatakan
syarat: jika, andaikan, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, seandainya.
8. Menyatakan pilihan: atau……atau….., …… maupun,
baik……baik……, entah…… entah……
9.
Menyatakan bandingan: seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan.
10. Menyatakan tingkat: semakin, …….semakin, kian…… kian…….,
bertanbah……bertambah ……..
11. Menyatakan
perlawanan: meskipun, biarpun, dan lain-lain.
12. Pengantar
kalimat: maka, adapun, akan. Dalam kesusastraan lama kita mengenal pula
kata-kata
pengatar kalimat seperti: bahwasanya,
sebermula, syahdan, hatta, arkiran, kalakian, sekali peristiwa.
13. Menyatakan
penjelas: yakni, umpama, yaitu.
14. Sebagai penetap sesuatu: bahwa.
Segala
macam kata sambung yang menghubungkan atau menerangkan kalimat secara jelas,
disebut menerangkan secara eksplisit. Tetapi di samping itu sifat hubungan itu
dapat berlangsung tanpa memakai satu kata sambung pun. Maknanya harus ditafsir
atau diturunkan berdasarkan hubungan kalimat. Keteranganya yang tidak
mempergunakan alat-alat bahasa ini bersifat implisit, misalnya:
Ia datang, saya berangkat.
Dalam kalimat diatas secara implisit terkandung keterangan waktu.
Keterangan
waktu yang tersembunyi itu secara eksplisit dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ketika ia datang, saya berangkat, atau
Ia datang, ketika saya berangkat.
Suatu hubungan yang dinyatakan secara implisit dapat ditafsirkan
bermacam-macam; tergantung dari pandangan tiap pendengar atau pembaca.
8. Kata Depan
(Prepositio)
Kata depan menurut definisi
tradisional, adalah kata yang merangkaikan kata – kata atau bagian kalimat. Kata
- kata depan yang terpenting dalam bahasa Indonesia adalah :
1. DI, KE, DARI : Ketiga macam kata
depan ini dipergunakan untuk merangkaikan kat – kata yang menyatakan tempat
atau sesuatu yang dianggap tempat:
Di
Jakarta, di rumah, ke rumah, dari sawah, dari sekolah, dan lain - lain.
2. Bagi kata – kata yang menyatakan
orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu atau kiasan dipergunkan kata pada
untuk menggantikan di, atau kata – kata depan lain digabungkan
dengan pada misanya: daripada, kepada.
Pada suatu
hari
pada bapak
Pada hari
sabtu
pada senin
Pada
kami
kepada teman – teman
3. Selain
dari pada itu ada kata – kata depan yang lain, baik berupa gabungan maupun
tunggal seperti: di mana, di sini, di situ, akan,oleh, dalam, atas, demi,
guna, buat, berkat, terhadap, antara, tentang, hingga, dan lain – lain. Di
samping itu ada beberapa kata kerja yang dipakai pula sebagai kata depan, yaitu
: menurut, menghadap, mendapatkan, melalui, menuju, menjelang,
sampai.
Ada
beberapa kata depan, yang menduduki bermacam – macam fungsi yang istimewa. Oleh
sebab itu perlu kita perhatikan secara istimewa, antara lain:
a. AKAN : Kata Depan akandapat
menduduki beberapa fungsi:
- Pengantar objek : ia tidak tau akan hal
itu.
Ku lupa akan semua kejadian itu.
- Untuk menyatakan future : saya akan pergi ke Surabaya.
Kakek
akan tiba hari ini.
- Untuk penguat atau penekan, dalam
hal ini dapat berfungsi sebagi penentu: akan hal itu perlu kita perundingkan
kelak.
b. DENGAN : Kata Depan dengan
dapat menduduki beberapa macam fungsi, misalnya:
- Untuk menyatakan alat
(instrumental):
Ia memukul anjing dengan tongkat.
Adik makan dengan sendok.
- Menyatakan hubungan kesertaan
(komitatif):
Ia kepasar dengan ibunya.
- Membentuk adverbial kualitatif:
Perkara itu diselidiki dengan cermat.
- Dipakai untuk menyatakan
keterangan komparatif:
Adik sama tinggi dengan Adi.
c. ATAS : arti dan fungsinya:
- Membentuk keterangan tempat, dalam
hal ini sama artinya dengan di atas.
Kami menerima tanggung jawab itu di atas pundak kami.
- Menghubungkan kata benda atau
kata kerja dengan keterangan:
Kami mengucapkan terima kasih atas kerelaan saudara.
- Dipakai di depan beberapa
kata dengan arti : dengan atau demi. Misalnya:
Atas
nama atas
kehendak atas
perintah
Atas desakan atas kematian dan sebagainya
d. ANTARA : arti dan fungsinya:
- Sebagai penunjuk arah :
Jarak antara jogja dan solo.
- Sebagai penunjuk
tempat: dalam hal ini sama artinya dengan di antara :
Antara murid – murid itu mana yang terpandai?
- Dapat pula berarti kira –
kira:
Antara lima jam lalu ia meninggalkan tempat ini.
9. Kata Sandang atau Articula
Kata sandang itu tidak mengandung
suatu arti tetapi mempunyai fungsi. Dalam bagian mengenai kata ganti
penghubung sudah dibicarkan pula tentang yang, yang pada mulanya
hanya mengandung fungi penentu. Itulah fungsi pertama dari kata – kata sandang.
Adapun fungsi kata sangdang seluruhnya dapat disusun sebagai berikut:
a.
Menentukan kata benda
b.
Mensubstansifkan sutu kata :yang
besar, yang jangkung, dan lain – lain.
Kata – kata sandang yang umum dalam bahasa Indonesia adalah: yang, itu, nya,
si, sang, hang, dang. Kata – kata sang, hang, dang banyak ditemui
dalam kesusastraan lama, sekarang kurang digunakan lagi, kecuali sang,
yang kadang – kadang digunakan untuk mengagungkan dan terkadang untuk
menyatakan ejekan atau ironi.
10. Kata Seru atau Interjectio
Kata seru dianggap sebagai kata paling tua dalam kehidupan bahasa. Umat manusia
tidak sekaligus mengenal sistim bahasa sebagai yang kita kenal sekarang. Dari
aal mula perkembangan umat manusia sedikit demi sedikit diciptakan sistim –
sistim bunyi untuk komunikasi antar anggota masyarakat. Dan bentuk yang paling
tua diciptakan untuk mengadakan hubungan atau komunikasi itu adalah kata seru.
Oleh semua tatabahasa tradisional, kata seru diklasifikasikan sebagai suatu
jenis kata. Bila melihat wujud dan fungsinya, maka tidak dapat diterima
ketetapan itu, walaupun harus diakui dengan melihat saja bentuknya kita dapat
tertipu karenanya. Interjeksi sekaligus mengungkapkan semua perasaan dan maksud
seseorang. Berarti interjeksi itu sudah termasuk dalam bidang sintaksis. Atau
dengan kata lain apa yang dinamakan kata seru itu, bukanlah kata tetapi semacam
kalimat.
Bermacam – macam interjeksi yang
dikenal hingga sekarang adalah:
a. Interjeksi asli: yah, wah, ah,
hai,o, oh, cis, cih, nah, he dll.
b. Interjeksi yang berasal dari kata
– kata biasa : yang dimaksud dengan interjeksi ini adalah kata – kata
benda atau kata – kata lain yang digunakan atau biasa digunakan kata
seru: celaka, masa, kasihan,
bangsat dan lain – lain.
c. Interjeksi yang berasal dari
ungkapan – ungkapan, baik dari ungkapan Indonesia asli maupun dari
ungkapan asing.
11. Kata Tugas
Kata yang oleh Tatabahasa
Tradisional disebut kata depan dan kata sambung (atau kata
penghubung) dimasukkan dalam kata tugas.
1. Bentuk
Dari segi bentuk umumnya kata-kata
tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk. Kata-kata seperti dengan,
telah, dan, tetapi, dan sebagainya tidak bias mengalami perubahan. Tetapi
di samping itu ada segolongan kata yang jumlahnya sangat terbatas, walaupun
termasuk kata tugas, dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya tidak,
susah, dapat berubah menjadi menidakkan, menyudahkan.
2.
Kelompok kata
Dari segi kelompok kata, kata-kata
tugas hanya memiliki tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi
kalimat. Kata-kata tugas tidak bias menduduki fungsi-fungsi pokok dalam sebuah
kalimat, seperti subyek, predikat, obyek.
Jadi melihat uraian di atas kita
dapat membagi kata-kata tugas atas dua macam:
a. Kata-kata tugas yang monovalen
(yang bernilai satu) yaitu semata-mata bertugas untuk memperluas
kalimat,misalnya dan, tetapi, sesudah, di, ke, dari, dan sebagainya.
b. Kata-kata tugas yang ambivalen
(bernilai dua) yaitu di samping berfungsi sebagai kata tugas yang moovalen,
dapat juga bertindak sebai jenis kata lain, baik dalam membentuk suatu kalimat
minim maupun dalam merubah bentuknya, misalnya sudah, tidak, dan
lain-lain.
Jadi, fungsi kata tugas adalah
merubah kalimat yang minim menjadi kalimat transformasi.
3. Partikel kah, tah, lah, pun
Bentuk-bentuk kah, tah, lah, pun
oleh hamper semua Tatabahasa Indonesia dimasukkan dalam kategori akhiran.
Kekeliruan itu terjadi karena pengaruh masalah ejaan, yang oleh ejaan Suwandi
dirangkaiakan dengan kata sebelumnya. Keempat bentuk itu seharusnya adalah
partikel penentu atau pengeras. Partike adalah semacam kata tugas yang
mempunyai bentuk khusus yaitu sangat ringkas atau kecil, dengan mempunyai
fungsi-fungsi tertentu.
Perbedaan antara partikel dan sufiks
(juga semua afiks) dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Partikel tidak memindahkan jenis
kata (kelas kata) dari kata-kata yang diikutinya; sebaliknya sufiks
(juga semua afiks) memindahkan kelas kata dari kata yang diikutinya.
Misalnya:
Pergilah!
(pergi tetap kata kerja)
Ayahlah yang
berhak! (ayah tetap kata benda)
b. Kata-kata yang diikuti oleh
sebuah partikel bias bermacam-macam jenis katanya, dan tetap
mempertahankan jenis katanya; sebaliknya sufiks (juga semua afiks)
mengelompokkan bermacam-
macam jenis kata itu menjadi satu jenis kata yang sama.
Siapakah
dia?
(tetap kata ganti tanya)
Di manakah barang
itu?
(tetap kata tanya)
Besarkan api
itu!
(kata kerja dan kata sifat)
Lemparkan tombak
itu!
(kata kerja dan kata kerja)
c. Bidang gerak partikel adalah
sintaksis (termasuk frasa dan klausa); sebaliknya sufiks (juga semua afiks)
bergerak dalam bidang morfologi.
Fungsi dan makna partikel-partikel
tersebut di atas dapat diperinci sehingga sebagai berikut:
a. Partikel kah
Fungsi partikel kah:
1) Memberi tekanan dalam pertanyaan; kata yang dihubugkan dengan kah itu
dipentingkan.
Contoh: Sawah atau ladangkah yang
digarapnya?
Bermalas-malas atau berjalankah dia?
2) Dapat dipakai pula untuk menyatakan hal yang tak tentu; sebenarnya
hal itu merupakan pertanyaan
juga, tetapi pertanyaan yang tidak
langsung.
Contoh: Datangkah atau tidakkah, kami
tidak tahu.
Terserahlah padamu;
tinggalkah atau berangkat kami tidak ingin mempengaruhi saudara.
b. Partikel tah
Fungsi partikel tah ini sama dengan kah, tetapi lebih
terbatas pemakaiannya hanya pada kata tanya saja: apatah, manatah, siapatah.
Bentuk-betuk ini lebih sering dijumpai dalam Melayu Lama. Dewasa ini kurang
dipakai. Makna pertanyaan dengan mempergunakan partikel tah adalah meragukan
atau kurang tentu.
c. Partikel lah
Fungsi partikel lah adalah
1) Mengeraskan gatra perbuatan, baik dalam kalimat berita, kalimat
perintah, maupun dalam permintaan atau harapan, misalnya: Bacalah dengan
nyaring!
Datanglah ke sini pukul lima!
Mudah-mudahan terhindarlah mereka dari bencana itu!
2) Mengeraskan suatu gatra keterangan, misalnya:
Tiadalah aku mau diperlakukan seperti itu.
Apa pun yang akan terjadi, pastilah aku akan datang ke sana.
3) Menekankan gatra pangkal; dalam hal ini
biasanya ditambah dengan partikel yang, misalnya:
Kamulah yang harus bertanggungjawab.
Engkaulah yang harus menjadi tulang punggung keluarga.
d. Partikel pun
Fungsi dan arti partikel pun:
1) Mengeraskan atau member tekanan pada kata yang bersangkutan; dalam
hal ini dapat diartikan dengan juga:
Dia pun mengetahui persoalan itu.
Kapal-kapal yang besar pun dapat
berlayar di sungai itu.
2) Dalam penguatan atau pengerasan dapat terkandung arti atau pengertian
perlawanan:
Mengorbankan nyawa sekalipun aku rela.
Betapa pun ia berjuang mempertahankan
hidupnya sia-sia belaka.
3) Gabungan antara pun + lah dapat mengandung aspek inkoatif:
Mereka pun berjalanlah.
Hujan pun turunlah dengan lebatnya.
Ia pun duduklah di bawah pohon yang
rindang itu.
12. Kata Berimbuhan
Dalam bahasa Indonesia imbuhan
merupakan unsur yang penting karena imbuhan dapat mengakibatkan perubahan
jenis kata, bentuk kata, dan makna kata.
Di bawah ini terdapat beberapa
penjelasan tentang imbuhan.
1. Jenis afiks menurut tempatnya :
a. Awalan/perfiks : meng, ber, ter, ke, peng, per, dan seterusnya
b.Akhiran / sufiks : -an, -kan, -i
c. Sisipan/infiks : -el, -em, -r
d. Konfiks : ke-an, per-an, peng-an, dan seterusnya
2. Jenis afiks menurut penggunaannya
:
a. Afiks produktif : afiks yang memliki frekuensi pemakaian yang tinggi.
Contoh : se-, meng-, ber-, peng-, per-,
dan seterusnya
b. Afiks ak produktif : afiks yang frekuensi pemakaiannya tidak tinggi
Contoh : -em, -el, -er, -wati, -is,
-nda, dan seterusnya
3. Afiks asing / afiks serapan :
a. Akhiran daari bahasa sansekerta : -wan, -wati, -man
b. Akhiran dari bahasa arab : -i, -wi, -in, -at, -ah
c. Akhiran dari bahasa barat : -isme,
-tas, -ika,-logi, -is(asi), dsb(kata benda), -al, -or, -if, -is,
-dsb (kata sifat)
4. Makna imbuhan : Makna proses
pengimbuhan /afiksasi snantiasa berhubungan dengan fungsi sematik
dari suatu bentuk kompleks. Hal ini bias ita lihat pada contoh-contoh
makna afiksasi paa beberapa
imbuhan berikut ini :
a. Meng-
Mempunyai variasi makna sebagai berikut
:
1) Membuat : menggambar, menyambal
2) Mmenuju ke : melaut, menepi
3) Memberi : menomori, menandai
4) Mengeluarkan :membuih, menyanyi
5) Berlaku seperti : merajalela,
membabi buta
b. Ber-
Mempunyai variasi makna gramatikal :
1) Dalam keadaan(statif) :
berbahagia, bersedih
2)Kumpulan : bertiga, berempat
3) Mempergunakan : berbaju,
bersepeda
4) Menjadi : bertamu, berpisah
c. Ter-
Mempunyai variasi makna gramatikal :
1) Superlative ( paling
) : tercantik, tertinngi
2) Tidak
sengaja
: tertidur, tertunduk
3) Dapat
di-
: tercium, tercapai
4) Hasil
tindakan :
tersebar, terpecah
5) Peng-
d. Mempunyai variasi makna gramatikal :
1) Orang yang
di- : petatar,
pesuruh
2) Orang yang bersifat : pemarah, pemalas
3) Alat : pemukul, penggaris
4) Pelaku
tindakan : pencopet,
penjual
Keterangan
: makna gramatikal dari imbuhan yang lain
dapat dicari/diterka dari konteks kalimatnya.prinsipnya makna gramatikal muncul
karena adanya kaitan kata
5. Fungsi afiks :
a. Prefiks meng-, dan ber-, berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif
transitif dan intransitif.
b. Prefiks ter- dan di- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif dan
pembentuk kata sifat.
c. Prefiks ke-, berfungsi sebagai pembantuk kata bilangan tingkat dan
pembentuk kata bilangan
kumpulan.
d. Konfiks ke-an, berfungsi sebagai pembentuk kata benda,
pembentuk kata sifat, dan pembentuk kata
kerja pasif.
13. Kata Ulang
Kata ulang yaitu kata dasar yang
diulang. Dalam hal ini yang diulang bukan morfem melainkan kata.kita bisa
melihat contoh berikut : sepeda-sepeda , berasal dari satu kata sepeda.
Sebaliknya, kata kupu-kupu bukanlah kata ulang karena dalam bahasa Indonesia
tiak dikenal kupu. Oleh karena itu, bentuk tersebut bukan merupakan kata ulang.
1. Prinsip pengulangan
a. Selalu mempunyai dasar yang diulang
b. Proses pengulangan tidak mengubah jenis(kelas) kata
c. Bentuk dasarnya adalah kata yang lazim (umum) dipakai dalam tindak
berbahasa
2. Macam-macam kata ulang
a. Kata ulang utuh / penuh
Contoh : rumah-rumah, berasal dari kata
dasar rumah
b. Kata ulang berimbuhan
Contoh : diinjak-injak, berasal dari
kata dasar injak
c. Kata ulang sebagian/parsial berimbuhan
Contoh : Berpandang-pandangan, berasal
dai kata dasar pandang
d. Kata ulang dwi purwo
Contoh : sesama,berasal dari kata dasar
sama
e. Kata ulang berubah bunyi
Contoh : sayur-mayur, berasal dari kata dasar sayur
3. Fungsi kata ulang
Pada prinsipnya pengulangan tidak
mengubah jenis kata. Artinya bila kaa dasarnya kata benda akan tetap menjadi
kata benda pada kata ulangnya, demikian pula untuk jenis kata lainnya. Akan tetapi,
ada sebagian pengulangan yang mengubah jenis kata khususnya yang diubah menjadi
kata tugas, seperti kata bukan-bukan, sama-sama, serta-merta, dan sebagainya.
4. Arti kata ulang
a. Banyak tak tentu
Contoh: lembu-lembu
Lembu-lembuitu berebut
makanan
b. Bermacam-macam
Contoh : sayur-sayuran
Sebaiknya kita mulai menanam
sayur-sayuran
c. Menyerupai
Contoh: kuda-kudaan
Anak-anak TK itu senang
bemain kuda-kudaan
d. Melemahkan
Contoh : kekanak-kanakan
Walau sudah 20 tahun
sifatny masih kekanak-kanakan
e. Menyatakan intensitas
Ada tiga bagian yaitu:
1) Kualitatif : kuat-kuat
2) Kuantitatif : rumah-rumah
3) Frekuentatif : menggeleng-gelengkan
f. Menyatakan saling (resiprokal)
Contoh : salam-salaman
Mereka salam-salaman saat
natal
g. Menyatakan arti seperti pada bentuk dasarnya
Contoh : masak-masakan
Ibu membuka kursus
masak-masakan
h. Menyatakan perbuatan yang seenaknya
Contoh : duduk-duduk
Kami duduk-duduk di
serambi depan
i. Menyatakan arti paling
(superlative)
Contoh : sebesar-besarnya
Buatlah roti bolu
sebesar-besarnya agar bias dicatat alam buku MURI.
j.Menyatakan kumpulan
Contoh : dua-dua
Silakan anda membungkus roti
itu dua-dua
k. Menyatakan walaupun
Contoh : hujan-hujan
Hujan-hujan, ia tetap
dating.
l. Menyatakan selalu
Contoh : mereka-mereka
Mereka-mereka yang datang terlambat
14. Kata majemuk
Kata majemuk adalah kata yang
terbentuk dari dua kata yang berhubungan secara padu dan hasil penggabungan itu
menimbulkan makna baru.
1. Ciri-ciri
Kata majemuk memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Gabungan kata itu menimbulkn makna baru
b. Gabungan kata itu tidk dapat dipisahkan
c. Gabungan kata itu tidak dapat disisipi unsur lain
d. Tidak dapat diganti salah satu unsurnya
e. Tidak dapat dipertukarkan
etak unsur-unsurnya
2. Sifat
a. Kata majemuk eksosentri yaitu kata majemuk yang antar unsurnya tidak
saling menerangkan
Contoh : laki bini, tua muda, tikar
bantal, dan sebagainya
b.
Kata majemuk endosentris yaitu kata
majemuk yang salah satu unsunya menjadi inti sedang unsur lain
menerangkannya.
Contoh : rumah sakit, panjang
tangan, dan sebagainya.
Comments
Post a Comment